KBRN, Jember: Kenaikan harga beberapa komoditas selama bulan Desember 2024, memicu inflasi Kabupaten Jember sebesar 0,54 persen secara bulanan (m-to-m). Hal itu disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jember, Tri Erwandi, Jumat (3/1/2025).
Kenaikan harga yang paling signifikan terjadi pada kelompok makanan dan minuman, terutama telur ayam ras. Hal ini dipengaruhi oleh tingginya permintaan menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru, serta memberikan andil sebesar 0,08 persen terhadap inflasi.
“Biasanya pola konsumsi untuk kuliner, karena makan telur berbeda dengan daging. Telur itu lebih murah dan simpel, jadi permintaannya naik. Berlawanan dengan daging ayam yang justru turun,” kata Tri.
Selain telur ayam ras, inflasi juga didorong oleh kenaikan harga minyak goreng. Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya harga CPO (crude palm oil) di pasar internasional, serta terbatasnya pasokan minyak curah yang tidak lagi termasuk dalam program Domestic Market Obligation (DMO).
Kenaikan harga beras juga turut menyumbang inflasi, dipengaruhi oleh menurunnya luas panen dan produksi padi pada bulan Desember 2024. Dengan angka inflasi bulanan sebesar 0,54 persen, Jember mencatatkan inflasi lebih tinggi dibandingkan dengan Jawa Timur dan nasional.
“Inflasi Jatim 0,46 persen dan nasional 0,44 persen. Dari 11 kota/kabupaten yang menghitung inflasi di Jawa Timur, Jember menempati urutan kedua tertinggi untuk inflasi bulanannya,” kata dia.
Secara tahunan, inflasi Jember pada tahun 2024 tercatat sebesar 1,74 persen, menempatkan daerah ini pada urutan keempat inflasi tertinggi di Jawa Timur. Salah satu faktor pendorong inflasi tahunan adalah kenaikan harga perhiasan, yang dipengaruhi oleh fluktuasi harga emas global.
“Untuk inflasi tahunan terendah di provinsi Jatim tercatat di Bojonegoro dengan 1,14 persen. Sementara yang tertinggi ada di Sumenep dengan 1,97 persen,” kata dia.